Sejarah bisnis online di Indonesia - Bersama India dan China, Indonesia diprediksi akan berubah menjadi salah satu raksasa bisnis e-commerce di kawasan Asia Pasifik. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika memprediksi bisnis e-commerce di Tanah Air akan mencapai US $ 4,89 miliar atau sekitar lebih dari Rp 68 triliun. Jumlah tersebut diyakini terus berkembang pesat hingga 2020.
Karena itu, pemerintah juga sangat memberdayakan bisnis digital tersebut dibuktikan melalui pembentukan road map bisnis e-commerce oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Dalam penentuan itu, akhirnya diputuskan bahwa formalisasi peta jalan e-commerce dan pembentukannya menjadi program nasional.
Tidak terasa saat ini telah banyak muncul berbagai platform toko online. Dikisahkan bahwa awal mula hiruk-pikuk industri ini ditandai oleh kemunculan penyedia akses internet pertama di Indonesia, yakni Indonet di tahun 1994.
Dari situ mulailah kemudian bermunculan situs seperti Kaskus, Tokobagus, kemudian penetrasi jaringan 3G di 2006, lalu layanan pembayaran Doku setahun kemudian. Setelah itu, tak lama kemudian, pemerintah membentuk Undang-Undang ITE pada tahun 2008 untuk mengatur semua ini.
Untuk lebih jelasnya, ikuti sejarah bisnis online di negara ini:
Periode 1994-1999
Alur cerita mungkin berbeda, atau bahkan sangat sulit membayangkan angka Rp 14,7 triliun dan bentuk pemanfaatannya, jika IndoNet tidak hadir sebagai Penyedia Layanan Internet Komersial pertama (ISP) di Indonesia 23 tahun yang lalu.
Kehadiran IndoNet membuka peluang untuk memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika semaksimal mungkin di segala bidang, termasuk perdagangan. Meski awalnya, internet baru semata-mata digunakan sebagai media komunikasi dan perpanjangan promosi, bukan sebagai platform untuk melakukan transaksi itu sendiri.
Saat itu, layanan internet dulunya merupakan etalase digital. Konsumen bisa melihat barang yang mereka inginkan, namun proses negosiasi dan jual beli masih dilakukan dengan cara konvensional. Setidaknya lewat telepon. Cara ini biasa dilakukan, dan dijalankan oleh pemilik toko yang telah merambah ke alam maya.
Seiring dengan berjalannya masa, gagasan untuk lebih memaksimalkan penggunaaan layanan internet semakin banyak bermunculan, termasuk dalam bentuk perdagangan elektronik dan komunitas virtual. Tahap ini ditandai dengan kehadiran forum Bhinneka.Com, dan Kaskus pada tahun 1999, meski perintisnya telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Selain itu, muncul juga startup berita berupa portal Detik di tahun yang sama.
Setelah tiga tahun berdiri sejak 1993, situs Bhinneka.com diluncurkan pada 1996. Hanya saja saat itu masih sebatas company profile, sekadar menampilkan detail kontak dan beberapa hal mendasar lainnya. Selain Bhinneka.com, pada tahun 1996 juga tercatat kehadiran toko buku online pertama di Indonesia, yaitu sanur.com. Situs ini sekarang tidak aktif. Sebagai pelopor, sayangnya tidak bertahan lama.
Beberapa tahun kemudian, pemerintah yang menyadari potensi dan dampak perdagangan elektronik mulai menyusun draf undang-undangnya. Hal ini juga bertepatan dengan berlanjutnya pertumbuhan sektor e-commerce dan perilaku ekonomi warga.
Ditandai dengan munculnya new startups, yang umumnya masih bermain di bidang jual-beli produk. Sebut saja glodokshop.com, wetmarket dari Singapura, FastnCheap dari Surabaya, iklanbaris.co.id, LippoShop, gadogado.net yang merupakan situs pelelangan.
Dampak gelembung ekonomi internet, satu per satu pemain dari berbagai bidang jatuh. Bahkan portal media seperti kopitime.com yang didirikan pada tahun 2000 dan berhasil merambah Bursa Efek Jakarta (BEJ), dilipat dalam dua tahun. Hanya beberapa pemain lama yang bisa bertahan dari krisis, salah satunya adalah Bhinneka.Com yang tetap beroperasi hingga saat ini.
Selanjutnya, banyak pengguna internet yang melakukan pembelian dan penjualan pribadi dengan memanfaatkan forum publik, menjadi cikal bakal sebuah pasar yang dikelola secara terstruktur. Salah satu yang muncul dari Bali adalah Tokobagus.com.
Ekosistem e-niaga yang berkembang juga mendorong diluncurkannya berbagai layanan pembayaran. Saat aktivitas jual beli dilakukan secara digital, proses pembayaran juga disesuaikan. Salah satunya adalah Doku, yang telah beroperasi sejak 2007 sebagai layanan uang elektronik. Inovasi dan adaptasi terus bergulir.
Periode 2010-2011
Kehadiran Go-Jek di tahun ini, merupakan sebuah terobosan yang membuka wawasan dan pandangan banyak orang Indonesia tentang dampak e-commerce. Dengan menawarkan layanan transportasi berbasis online dan berbagai turunannya, Go-Jek membuktikan bahwa kemajuan teknologi telekomunikasi memungkinkan terjadinya perubahan di banyak wilayah.
Peluang e-commerce menarik pemain asing. Pada tahun 2010, pasar Bukalapak mulai beroperasi. Pada tahun 2011, Rakuten masuk Indonesia. Pada tahun yang sama, Tiket.com juga mulai beroperasi. Pada akhir tahun ini, Zalora Group mendirikan Zalora Indonesia sebagai bagian dari jaringan bisnis e-commerce internasionalnya.
Tahun 2012
Untuk pertama kalinya, e-commerce Indonesia memiliki "perayaan" tersendiri tahun ini. Itulah Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang diharapkan dapat lebih memperluas minat masyarakat Indonesia pada umumnya untuk merasakan pengalaman berbelanja secara digital. Tinggal dengan semakin beragamnya nama pemain e-commerce dalam negeri, salah satunya adalah Berrybenka yang awalnya khusus berkecimpung di bidang fashion. Ini juga merupakan upaya kampanye untuk meningkatkan kepercayaan orang berbelanja melalui internet.
Selain itu, idEA juga didirikan tahun ini, menjadi asosiasi yang mengawasi pelaku e-commerce dalam hubungan strategis dengan pemerintah, memperbaiki ekosistem e-niaga di negara ini dan reputasinya di dunia. Ini penting, mengingat Indonesia merupakan pasar yang sangat menjanjikan.
Pada tahun ini, area yang tercakup dalam e-commerce semakin beragam. Selain perdagangan pada umumnya, ada juga transportasi dan akomodasi, properti, pencarian pekerjaan dan tenaga kerja.
Tahun 2014
Sejarah terus dicetak. Tokopedia di tahun ini menjadi startup pertama yang menerima investasi dengan nilai USD 100 juta atau setara dengan Rp 1,2 triliun pada saat itu. Nilai ini adalah nilai yang terbesar dalam sejarah e-commerce di Indonesia, hingga akhirnya dikalahkan lagi oleh Tokopedia pada 2017.
Semakin banyak yang melirik e-commerce sebagai saluran bisnis potensial, termasuk dari domain telco. Hal ini ditandai dengan berdirinya Elevenia, sebuah pasar yang diarsir oleh XL Axiata dan SK Planet dari Korea Selatan.
Tahun 2015
Jagat e-commerce Indonesia masih marak dengan berbagai acara. Tokobagus dan Berniaga dilebur menjadi OLX Indonesia yang fokus pada jual beli komoditas second. Munul juga MatahariMall.com yang termasuk divisi bisnis dari Lippo Group, Shopee dari negara jiran Singapura, serta JD.id yang merupakan turunan langsung dari raksasa e-commerce asal Tiongkok. Kompetisi makin seru.
Kemudian, Bhinneka.com sebagai situs e-commerce tertua di Indonesia, pada tanggal 11 November mengumumkan sudah menerima investasi sebesar USD 22 juta atau setara dengan Rp 300 miliar dari Ideosource, nilai investasi terbesar yang pernah dikeluarkan saat itu. Rangking Bhinneka.com juga mengalami restrukturisasi signifikan dengan masuknya beberapa nama penting.
Masih di tahun yang sama, Bhinneka.com menjadi perusahaan e-commerce pertama yang bermitra dengan pemerintah dalam pengadaan barang. Melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP), Bhinneka bergabung dengan platform online untuk belanja anggaran pemerintah. Bhinneka.com memperluas layanannya ke bidang Business to Government (B2G).
Tahun 2016
Bhinneka.com meluncurkan Bhinneka Bisnis. Layanan ini merupakan platform pengadaan bagi perusahaan dari berbagai tingkatan. Sebagai klien, korporasi hanya mendaftar dan melakukan pemesanan seperti belanja online pada umumnya. Tentu dengan harga khusus dan paket penanganan.
Namun, ada beberapa perusahaan e-commerce yang terpaksa berhenti beroperasi tahun ini. Yaitu Lamido, Paraplou, Taj, Wearfable, Foodpanda. Yang paling mengejutkan adalah kepergian Rakuten.co.id setelah lima tahun ekspansi di Indonesia. Selain itu, akuisisi terus berlanjut. Kali ini di Lazada Indonesia, yang sebelumnya merupakan bagian dari Lazada internasional Asia Tenggara, dan kemudian "mencaplok" Alibaba.
Pada 2016, pemerintah merilis sebuah roadmap e-commerce Indonesia untuk tahun 2017-2019. Dituangkan dalam bentuk Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 tentang "Road Map E-Commerce" Tahun 2017-2019, dan juga disebut istilah lain; Sistem Perdagangan Elektronik Berbasis Jalan Elektronik (SPNBE) 2017-2019.
Tahun ini diawali dengan Bhinneka.com yang berganti nama menjadi Bhinneka sejak Februari. Perubahan minor juga dilakukan pada logo. Cipika yang merupakan unit usaha Indosat Ooredoo juga berhenti beroperasi. Dilanjutkan dengan perubahan layanan Alfacart, yang menutup jalur pasarnya.
Itulah sejarah perkembangan e-commerce di Indonesia yang bisa Saya sampaikan. Nantikan pula artikel lainnya tentang :
- sejarah online shop di dunia
- contoh bisnis e-commerce
- jenis e commerce
- kategori e-commerce
- contoh perusahaan e commerce
Sumber :
https://www.money.id/digital/sejarah-bisnis-e-commerce-di-indonesia-dari-masa-ke-masa-160427f.html
https://www.kompasiana.com/www.bhinneka.com/59b25877085ea65943594dc2/sejarah-e-commerce-indonesia-apa-yang-telah-dan-akan-terjadi